Analisis Situasi
Tanaman
cengkih akan dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian sekitar 700 meter dari
permukaan laut. Karena itu tanaman ini banyak ditanam di wilayah pegunungan. Di
Jawa Timur sebagai daerah pegunungan, tanaman cengkih dapat di andalkan sebagai
penopang perekonomian masyarakatnya. Di daerah kaki gunung Bromo, Semeru,
Arjuno, yang berlokasi di kabupaten Pasuruan, di kaki gunung Wilis kabupaten
Kediri, Malang dan Trenggalek, telah
menjamur penanaman cengkih. Tanaman cengkih juga telah dibudidayakan di daerah
yang lebih rendah bahkan telah berhasil dengan kualitas yang baik. Hasil
penanaman cengkih berupa bunga cengkih kering dapat dijual kepada pabrik rokok
dan lainnya. Ditinjau dari luar areal kebun cengkih memberikan peluang untuk
mengolah daun cengkih sebagai minyak atsiri. Melihat pasar dan harga minyak
atsiri daun cengkih, usaha ini juga sangat menjanjikan. Beberapa pengusaha di
Jawa Timur (terutama di Kediri dan Trenggalek) telah melakukan pengembangan
produksi minyak atsiri daun cengkih.
Di
Desa Biting, Kelurahanan Jugo, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri yang mempunyai
daerah perkebunan cengkih yang cukup luas. Disamping padi, sayur-sayuran, tanaman
cengkih menjadi andalan masyarakatnya di wilayah tersebut. Cengkih ditanan di
lereng-lereng gunung Wilis dekat dengan jalan raya yang mememuhi syarat untuk
transportasi sehingga mudah diakses. Walaupun penanaman cengkih telah lama
dilakukan di kelurahan Jugo, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, tapi usaha ini mengalami
pasang surut seiring dengan musim (cuaca) baik dalam hal harga, maupun jumlah
produksi. Pada musim hujan berkempanjangan, jumlah produksi bunga cengkih terpuruk,
hanya daun cengkih yang melimpah, sehingga bisa mengalami kerugian untuk biaya
perawatan tanaman. Tapi, lima tahun terakhir ini (sampai sekarang) hasil panen cengkih
menunjukkan peningkatan. Ketika panen bunga cengkih terpuruk, petani mengalami
kerugian, di sini daun cengkih menjadi alternatif yang dapat dipanen untuk
memberikan biaya perawatan dan memberikan keuntungan.
Dalam
kondisi cuaca yang baik, ternyata tingginya produktivitas cengkih belum mampu
mendongkrak secara merata tingkat kesejahteraan petani setempat, kecuali
pemilik lahan perkebunan cengkih tersebut. Kemungkinan peluang peningkatan kesejahteraan
dapat dilakukan dengan membuka usaha pengolahan daun cengkih kering menjadi
minyak atsiri daun cengkih. Usaha produksi minyak atsiri daun cengkih di
Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri juga telah dikembangkan tapi dengan
menggunakan teknologi sederhana. Pengembangan produksi minyak atsiri daun
cengkih ini mempunyai peluang dengan menggunakan teknologi yang memadai. Dalam
pemasaran hasil produksi dapat dibuat dengan strategi pemasaran, yaitu
membentuk jaringan pasar yang luas. Potensi pemasaran yang paling kuat adalah
di daerah Bali, bergabung dengan pesaing-pesaing di Bali, untuk dikumpulkan dan
di ekspor. Berikut ini satu ungkapan dari petani cengkih:
lemahnya teknologi pengolahan memaksa petani memilih menjual hasil cengkih
dalam kondisi mentahan, karena itu, ia pun berharap pemerintah, dalam hal ini
Dinas Pertanian atau Perkebunan memberikan perhatian dalam hal olah hasil
cengkih2).
Di
Kediri terdapat 3 perusahaan perkebunan cengkih, di lereng Gunung Wilis
tepatnya di Desa Blimbing Kecamatan Mojo dengan luas areal ratusan hektar,
produksi cengkih bisa mencapai 109,89 ton bunga
kering. Petani cengkih kadang mengalami
kerugian karena tanaman cengkih tidak berbunga yang disebabkan oleh perubahan
cuaca. Pernah mengalami kerugian yang sangat besar disebabkan terjadi musim semi dilanjutkan dengan musim semi lagi,
sehingga tidak menghasilkan bunga. Daun cengkih melimpah sedangkan bunganya
nol, padahal petani harus memberi pupuk dan perawatan.
Seorang masyarakat di Desa
Biting, telah melakukan usaha produksi minyak atsiri. Pada awalnya dilakukan
pembelian mesin kukus dengan kapasitas 1 ton per
proses memberikan hasil produk 20 – 30 kg (tapi sekarang 15-25 kg), selama 12
jam proses. Untuk meningkatkan hasil produk, usaha yang telah dilakukan adalah menoperasikan nonstop yaitu 2 kali 12 jam per hari. Karena usaha ini masih
dirasa kurang, dilanjutkan dengan penambahan satu mesin kukus baru. Di desa ini telah terbentuk sarana transportasi, gudang penyimpanan bahan baku, jaringan bahan baku dan pemasaran produk. Tenaga kerja tersedia cukup
banyak, warga disekitarnya bersedia membantu proses distilasi.
|
Usaha
yang telah dilakukan memberikan keuntungan yang besar, tapi sejak 2013 usaha
ini semakin merosot, disebabkan: 1) rusaknya satu dari dua mesin kukus yang
dimiliki, 2) teknologi mesin kukus yang sederhana, 3) investasi tinggi, 4)
kurangnnya perawatan mesin, 5) mesin tidak efisien, dan 6) kualitas
produksi rendah. Pada tahun 2013. Permasalahannya adalah kualitas
produksi yang rendah dan sangat tergantung kepada pengepul. Perlu peningkatan kualitas produksi dan peluasan pemasaran. Hambatan lain yang sangat diberatkan adalah biaya investasi mesin
sangat tinggi dengan umur masa pakai yang pendek. Hambatan ini
penyebabnya sangat sederhana, yaitu kesalahan pemilihan mesin kukus, kesalahan
konstruksi tungku pembakaran, perawatan dan
pengoperasian yang tidak benar. Kegiatannya berangsur-angsur beralih ke usaha lain, dengan keuntungan sangat minim dibandingkan dengan modal dan waktu yang dikorbankan.
Memperhatikan
peluang pasar minyak atisiri dan keuntungan yang dapat diraih, kemerosotan ini
sangat disayangkan. Minyak atsiri hasil produksi dijual kepada pengepul
yang bersedia menampung berapapun jumlah dan kualitasnya. Tapi harga penjualan
ditentukan oleh pengepul yang didasarkan pada kualitas produk dan saling
percaya.
Untuk
mengatasi ini perlu dikembangkan mesin kukus dengan harga yang murah
berteknologi memadai (terkontrol otomatis), strategi pengoperasian yang tepat,
efisiensi tinggi, dan kualitas produksi optimal. Pengembangan pemasaran dapat
dilakukan secara on-line. Penerapan
mesin tepat guna, penyediaan bahan baku berkualitas, pengembangan jaringan
pemasaran, dan pelatihan-pelatihan menjadi kebutuhan bagi pelaku industri.
Dari situasi demikian perlu menggiatkan kembali usaha produksi minyak atsiri yang
telah lesu dengan menerapkan mesin distilasi berteknologi, penyediaan
bahan baku berkualitas, peningkatan nilai jual dengan perbaikan kualitas dan
pengembangan jaringan pemasaran. Jika pelaku produksi minyak daun cengkeh ini meningkat maka maka terjadi peningkatan keuntungan
pengelola produksi dan peningkatan pendapatan pengepul dan pengumpul daun cengkih.
Prospek
jangka panjang; penanaman cengkih tersebar merata diseluruh lereng gunung Wilis,
lahan milik perhutani. Masa panen bunga cengkih dilakukan antara
Agustus-September, sedangkan panen daun cengkih dapat dilakukan setiap hari
dengan mengumpulkan daun cengkih yang rontok tanpa merusak tanaman itu sendiri. Daun cengkih dijual dengan harga variatif tergantung
musim, bahkan pada musim hujan bisa kehabisan atsiri. Dalam penyimpanan inilah terjadi penurunan kualitas yang cukup
berarti. Daun cengkih
dioleh menjadi minyak atsiri dan laku dijual dengan harga tinggi, bahkan
keuntungannya dapat melebihi yang diperoleh dari bunga cengkih itu sendiri. Ini
menjadi peluang usaha yang mempunyai prospek baik.
Perkembangan
produksi dan pasar minyak atsiri di Indonesia sendiri mengalami pasang surut. Ekspor
minyak atsiri tahun 2011 lebih baik ketimbang tahun sebelumnya. BPS mencatat,
nilai ekspor minyak atsiri Januari-Agustus 2011 mencapai Rp 3,4 triliun, atau
meningkat 31,27% dari periode yang sama tahun 2010 yang sebesar Rp 2,6 triliun3].
Jumlah
permintaan minyak atsiri (terutama untuk ekspor) lebih tinggi dari penyediaan,
sehingga komoditi ini menjadi primadona. Walaupun harga eksport cukup stabil,
tapi di Indonesia tidak stabil. Penyebabnya adalah kualitas dan kontinyuitas
produksi. Lepas dari itu yang jelas ini merupakan peluang usaha dengan prospek
yang jelas. Sebagai bukti peluang adalah data realsasi ekspor tahun 2012, yang
tidak mencapai target bahkan kekurangan produk sampai 22,28 %3]. Karena itu diperlukan
penanganan yang serius bagi petani penyedia bahan baku maupun industri pemrosesan.
Peluang
ini harus didukung dan dilakukan kemitraan antara petani dan pelaku usaha
minyak atsiri dengan kesepakatan yang jelas. Dengan demikian prospek, peluang
pasar domestik dan internasional semakin terbuka lebar apabila keinginan yang mau
dicapai dari atsiri Indonesia ini lebih diperhatikan sesuai dengan kebijakan
dan strategi pasar3].
Prospek Minyak Atsiri Daun Cengkeh
Kebutuhan
cengkih dalam negeri dan kebutuhan ekspor terus meningkat. Walaupun dalam
sejarah mengalami jatuh bangun karena gangguan alam dan politik pada saat itu,
tapi tetap dapat mempertahankan negara penghasil minyak atsiri yang patut
diperhitungkan di dunia. Hingga saat ini masih banyak produk minyak atsiri daun
cengkih setengah jadi (sulingan minyak atsiri) yang berorientasi ekspor.
Beberapa negara khususnya Austrralia menjadi tujuan utama ekspor minyak atsiri
setengah jadi. Beberapa negara yang menjadi pemasok sekaligus menjadi pesaing utama
dalam penghasil bunga cengkih adalah Madagaskar
dan Zanzibar (Tanzania), Comoros, Srilanka, Malaysia, Cina, Grenada, Kenya dan
Togo.
Perkembangan
minyak atsiri di Indonesia berjalan lambat disebabkan: mutu minyak yang
beragam, fluktuasi harga yang terkait dengan kualitas, model pemasaran masih
melalui pengumpul, persaingan sesama negara produsen. Model usaha yang masih bersifat
sambilan dengan modal yang kecil dan teknologi seadanya. Dengan usaha tani yang
bersifat sambilan dan skala usaha yang kecil serta penggunaan teknologi seadanya
berdampak memberikan hasil dengan kualitas rendah dengan kuantitas produk
kurang kontinyu.
Tanaman
cengkih yang terkonsentrasi pada wilayah tertentu, yang dimiliki oleh
sekelompok petani yang masing-masing menggarap lahan yang sempit dan terbatas, jika
dikoordiner dan dibina serta diberikan solusi yang tepat baik manajemen,
pengolahan, peningkatan kualitas dan pemasaran maka produk minyak atsiri akan
menjadi usaha yang handal sebagai komoditas ekspor atau pemakaian dalam negeri
yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan petani itu sendiri.
Peluang
dalam negeri yaitu semakin berkembangnya industri dalam negeri yang berkaitan
dengan kebutuhan minyak atsiri dan turunannya yang semakin meningkat baik dari
segi jenis minyak atsiri maupun volumenya. Diperkirakan jumlahnya semakin
meningkat dari tahun ke tahun, yang dapat dilihat dari nilai impor minyak
atsiri. Kebutuhan minyak atsiri baik untuk ekspor maupun impor masih akan terus
meningkat sehingga peluang pengembangan minyak atsiri masih terbuka luas.
Dari
analisis situasi dan kondisi, usaha yang dilakukan oleh pelaku usaha memiliki banyak permasalahan, diantaranya
adalah:
a)
Aspek produksi:
1) Investasi terlalu tinggi, life time
mesin pendek, sehingga jika terjadi kerusakan memberatkan untuk berinvestasi
ulang, 2) kurangnya teknologi mesin yang benar, 3) kurang
perawatan dan perbaikan mesin distilasi, 4) kurang memahami teknologi dan
strategi proses distilasi, 5) bahan bakar yang boros, 6) model pemasaran masih
sangat lemah, mudah goyah dan harga tidak stabil, 7) kurang memanfaatkan teknologi sehingga kuantitas dan kualitas
produksi rendah berakibat pada harga jual produk yang rendah, 8) prakondisi/penyimpanan bahan baku agar tetap berkualitas baik tidak dilakukan, 9) ketersediaan,
kualitas dan harga bahan baku dipengaruhi oleh cuaca, 10) pembelian daun cengkih dan ketersediaannya tergantung penuh dari petani cengkih
setempat, 12) bahan baku sering rusak karena kesalahan cara dan durasi
penyimpanan, tidak memahami tentang prakondisi untuk mempertahankan kualitas
daun cengkih, 13) daun cengkih dikemas dalam karung dan disimpan pada sembarang
tempat tanpa memperhatikan hujan, panas, dan kelembaban udara.
b) Aspek manajemen:
1) sering keterlambatan datangnnya bahan baku sehingga seringkali mesin tidak
beroperasi, 2) kontrol kualitas produk diserahkan kepada pembeli, 3) tidak ada
penjadwalan khusus untuk perawatan mesin, 4) harga bukan ditentukan oleh pasar; 5) tidak pernah
melakukan pemasaran karena penjualan hanya didasarkan pada kepercayaan.6) tidak dapat menyediakan daun cengkih secara kontinyu dan sering kehabisan
ketika musim hujan, 7) tidak ada koordinasi dengan petani cengkih sehingga masa
panen kurang tepat berakibat pada kualitas, 8) berkeinginan melakukan pembelian
daun cengkih dari daerah lain tapi tidak memahami tempat-tempat yang berpotensi, 9) tidak ada pengaturan harga sehingga pada musim hujan harga daun cengkih
melambung tinggi, 10) tidak ada tercipta alternatif lain sebagai pesaing dalam
pembelian daun cengkih sehingga menjadi sangat mahal.
Penyelesaian Permasalahan
Dari permasalahan yang dihadapi
seperti tersebut di atas perlu dibuat
prioritas penyelesaian sebagai berikut:
1. Aspek produksi: 1) penerapan
teknologi tepat guna dalam proses distilasi daun cengkih dengan pertimbangan
murah, mudah pengoperasiannya, otomatis, efisien, 2) pengkondisian bahan baku
dan produk selama di gudang, 3) prakondisi bahan baku sebelum di proses, 4) pelatihan-pelatihan
teknis operasional mesin dan cara produksi, perlakuan penghematan bahan bakar.
2. Aspek manajemen: 1) peningkatan
tata kelola perusahaan, 2) memperluas jaringan pemasaran online (berbasis
internet) untuk memperoleh harga maksimal, 3) membentuk jaringan penyediaan
bahan baku dari daerah sendiri dan daerah lain, 4) pelatihan cara penyimpanan
daun cengkih yang benar.
1] UPT P2M Polinema, 2014, Panduan Pelaksanaan Penelitian dan
Pengabdian Kepada Masyarakat, Politeknik Negeri Malang, Malang.
2] Egidius Patnistik, 2014,
Permintaan Minyak Cengkih Indonesia Melonjak di Australia, Editing, ABC
Australia Network, http://internasional.kompas.com/read/ 2014/
02/05/1108118/
3] F. Hero K. Purba, 2013, Perkembangan Potensi Agribisnis Minyak
Atsiri dalam Pemasaran Lokal dan Ekspor, http://heropurba.blogspot.com/ (diunduh 1 April 2014)
4] Vaad, 2014, Produktivitas Tinggi, Harga Naik Turun,
Berita & Press Release, Radar Bromo, http://perumperhutani.com/2014/02/produktivitas-tinggi-harga-naik-turun/ (diunduh tgl 28 Maret 2014)
5] Yulianto, D. Meilany, B.
Priyadi, 2014, Designing and Implementing Exponential Pressure/Temperature Controller
Volatiler Oil Distilation Machines,
International Journal of Education and Research, Contemporary Research
Center, Australia, www.ijer.com
6] …, 1996, Standar Minyak-Cengkih-Clove-Oil ,
Badan Standarisasi Nasional, http://www.scribd.com/doc/52228779/10/Tabel-2-2-SNI-06-4267-1996-Minyak-Cengkih-Clove-Oil
Tidak ada komentar:
Posting Komentar